Sahabat SP - Disadari atau tidak, setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya kehilangan dompet, entah itu jatuh atau benar-benar lupa membawa uang. Seperti halnya yang dialami sosok pria ini. Namun tidak hanya kehilangan dompet, ponselnya juga raib entah kemana. Berikut kisahnya.
Diceritakan. Suatu ketika, kakek Zhang merasa sangat rindu pada anaknya. Ia pun secara diam-diam kemudian pergi ke kota sekaligus memberi kejutan pada sang anak. Namun, saat tiba di stasiun, dia justru lupa alamat tempat tinggal putranya.
Kakek Zhang hanya tahu kalau anaknya bekerja di sebuah gedung pencakar langit, tapi dia juga lupa di mana persisnya. Sementara di kota tersebut ada begitu banyak bangunan tinggi, lalu ke mana dia harus mencarinya.
Referensi pihak ketiga
Sampai menjelang siang, perut kakek Zhang pun mulai terasa lapar karena saat berangkat dia tidak sempat makan lantaran terburu-buru. Sekarang ia benar-benar merasa sangat lapar.
Kakek Zhang lalu melihat sebuah restoran prasmanan dan nampak terlihat banyak orang sedang mengambil menu yang berjejeran di atas meja. Kakek Zhang pun menuju restoran itu dan langsung mengambil banyak makanan dan makan dengan lahap seperti orang-orang yang ada.
Kakek Zhang hanya berpikir, makan saja dulu, nanti setelah selesai makan baru pinjam telepon dan menyuruh anaknya ke resto tempatnya makan tersebut. Namun setelah menghabiskan makannya, kakek Zhang justru merasa gelisah, memikirkan untuk membayarnya sampai akhirnya manajer restoran memperhatikan gerak-geriknya.
Referensi pihak ketiga
Sang manajer lalu menghampiri kakek Zhang. Tanpa banyak tanya, manajer itu langsung menegurnya, “Dasar tua bangka tak tahu diri, mau makan gratis ya!”
“Maaf, maaf, dompet saya hilang. Bisa pinjam sebentar teleponnya, saya mau menelepon anak saya dan memintanya untuk membayarnya,” jawab kakek Zhang.
“Terus saja berbohong, kenapa nggak sekalian jadi pengarang saja?” cibir sang manajer.
“Ini hanya salah paham, percayalah. Saya pinjam teleponnya sebentar," ucap kakek Zhang mencoba memohon.
Namun, sang manajer justru semakin kesal. “Alasan saja, saya sudah bosan melihat penipu tua bangka seperti kau! Jangan harap bisa pergi dari sini kalau belum membayar,” katanya sambil mengancam.
Kakek Zhang tiba-tiba bangkit, dan bermaksud kabur saat manajer itu lengah. Namun, manajer muda itu ternyata sangat gesit, dia langsung menangkap kakek Zhang dan mendorongnya hingga ia bersujud di hadapannya.
“Mau kabur! Ayo berlutut di sini dan minta maaf!” hardik sang manajer.
“Maaf pak, maaf, maaf! Anda tidak mau meminjamkan telepon, saya juga tidak bisa apa-apa, jadi terpaksa mau lari!” kata kakek Zhang beralasan.
“Makanan ini gratis kalau kau berlutut di sini sampai besok pagi!” kata manajer itu.
Kakek Zhang yang merasa tertekan tiba-tiba menangis dan berkata, “Kau sudah keterlaluan!”
Referensi pihak ketiga
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba sang manajer sadar kalau kakek Zhang masih mengenakan masker. Manajer itu lalu mencoba membuka masker yang dikenakan kakek Zhang untuk mengambil foto dengan hanphonenya.
Tapi siapa sangka, sang manajer langsung terkejut setelah melepas masker kakek Zhang dan melihat siapa sosok pria yang ada di hadapannya itu.
Manajer melihat kakek Zhang persis seperti bosnya, tetapi ia yakin kalau pak tua di hadapannya itu jelas bukan bosnya.
Di luar dugaan, saat yang bersamaan, bos sang manajer itu lewat dan melihat restonya sangat ramai. Ia pun kemudian mampir dan masuk ke dalam. Betapa terkejutnya ia melihat kakek Zhang yang ternyata adalah ayahnya sedang berlutut di lantai.
Sang bos lalu bergegas memapah ayahnya berdiri. “Ayah, kenapa berlutut di sini?”
Kakek Zhang lalu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, dan tiba-tiba saja putranya itu langsung menampar muka manajer sambil berkata, “Berani sekali kau memperlakukan ayahku seperti ini. Sekarang kau dipecat, dan angkat kaki dari sini!”
“Itu bukan kesalahan saya. Saya rasa wajar memintanya untuk membayar makanannya. Apalagi, itu adalah tugas saya, bukan!” kata sang manajer beralasan.
“Memang itu tugas dan tanggung jawab kamu, tetapi sikap kamu salah dengan menghina seseorang. Lagi pula tindakan kamu itu sudah berlebihan terhadap orang tua, apalagi dia adalah orangtuaku. Kita seharusnya selalu menghormati setiap orang, siapa pun orang itu!” kata bosnya mulai melunak.
Putra kakek Zhang memang selalu meminta ayahnya tinggal di kota bersamanya untuk menikmati masa tua, tetapi karena sudah terbiasa dengan suasana desa, kakek Zhang selalu menolak permintaan anaknya.
Namun, sang manajer tidak puas dipecat begitu saja oleh bosnya, dia merasa tidak salah dengan tindakannya.
Referensi pihak ketiga
Nah, bagaimana menurut sahabat semua? Bila ada pendapat atau masukan silakan tulis di kolom komentar ya. Jangan lupa berikan like & share juga lalu klik ikuti bila menyukai postingan ini. Terima kasih.
Baca Sumber