Usai bersilaturahmi ke rumah Kiai Ma'ruf Amin, eks politisi Gerindra yang kini balik badan mendukung Jokowi, La Nyalla Mattalitti, menantang capres nomor urut 02 untuk menunjukkan keislamannya dengan menjadi imam salat dan membaca surat Al-Fatihah.
La Nyalla Mattalitti dan Prabowo Subianto. (suratkabar.id)
"Dulu saya fight untuk dukung Si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan shalat. Kita semua jadi saksi," kata La Nyalla seperti dikutip news.detik.com (11 Desember 2018).
Terkait tantangan La Nyalla, Gerindra memberikan pengakuan yang cukup mengejutkan. Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengakui bahwa Prabowo adalah orang yang polos jika ditanya soal agama.
Ahmad Riza Patria. (garudayaksa.com)
"Kalau ditanya agama dia polos. 'Saya ini bukan ahli agama'. Dia jujur mengakui bukan ahli agama. Bukan ustaz bukan ulama. Jangan minta Prabowo ceramah agama," kata Riza seperti dikutip cnnindonesia.com (11 Desember 2018).
Riza menilai pernyataan La Nyalla tidak substansial. Menurutnya, Prabowo sudah memenuhi 4 syarat sifat pemimpin menurut Nabi Muhammad SAW, yaitu Shiddiq, Amanah, Tablig, dan Fathonah.
Sufmi Dasco Ahmad. (garudayaksa.com)
Politisi Gerindra yang juga Direktur Advokasi dan Hukum BPN Prabowo-Sandi, Sufmi Dasco Ahmad, meminta La Nyalla belajar Islam sebelum menuding Prabowo tak berani memimpin salat dan membaca Alquran.
Dasco menyebut kadar keislaman seseorang tak bisa diukur dengan berani memimpin salat atau tidak. Dalam setiap kesempatan ketika hendak salat, Prabowo menghargai para kiai dan alim ulama untuk menjadi imam.
Sementara itu, Sekretaris BPN Prabowo-Sandi, Hanafi Rais menyebut Prabowo bukan dalam posisi tak berani memimpin salat. Menurutnya, Prabowo memahami adab dan syariat Islam dengan baik.
Hanafi Rais. (tribunnews.com)
"Ngimamin salat dan baca quran kok untuk dipertontonkan, jatuhnya riya dan habislah semua amal saleh sebelumnya," tegas putra Amien Rais itu.
Tantangan La Nyalla bisa jadi cukup relevan dan ada benarnya. Apalagi, Prabowo dukung GNPF-Ulama dan Persaudaraan Alumni (PA) 212. Tentu akan bisa menjadi "beban moral" ulama pengusungnya apabila capres yang diusungnya tidak bisa jadi imam dan sanggup membaca Al-Fatihah dan berbagai bacaan salat yang lain.
Padahal, amalan semacam itu termasuk hal yang sangat mendasar bagi seorang muslim. Sungguh ironis apabila capres yang didukung total oleh Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab untuk menumbangkan capres yang katanya didukung oleh partai penista agama justru keislamannya diduga masih diragukan.
Dalam situasi demikian, kubu Prabowo-Sandi seharusnya tak perlu baper. Umat Islam yang mendukung Prabowo tentu juga tak ingin dikecewakan oleh calon pemimpin yang dianggap tidak mampu menjadi imam salat dan tidak sanggup melafalkan bacaan salat dengan baik. Tidak ada salahnya kalau tantangan La Nyalla benar-benar dilayani dan dibuktikan. Itu saja! ***
Baca Sumber
La Nyalla Mattalitti dan Prabowo Subianto. (suratkabar.id)
"Dulu saya fight untuk dukung Si Prabowo. Salahnya Prabowo itu saya tutupi semua. Saya tahu Prabowo. Kalau soal Islam lebih hebat Pak Jokowi. Pak Jokowi berani mimpin salat. Pak Prabowo berani suruh mimpin salat? Nggak berani. Ayo kita uji keislamannya Pak Prabowo. Suruh Pak Prabowo baca Al-Fatihah, Al-Ikhlas, baca, bacaan shalat. Kita semua jadi saksi," kata La Nyalla seperti dikutip news.detik.com (11 Desember 2018).
Terkait tantangan La Nyalla, Gerindra memberikan pengakuan yang cukup mengejutkan. Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria mengakui bahwa Prabowo adalah orang yang polos jika ditanya soal agama.
Ahmad Riza Patria. (garudayaksa.com)
"Kalau ditanya agama dia polos. 'Saya ini bukan ahli agama'. Dia jujur mengakui bukan ahli agama. Bukan ustaz bukan ulama. Jangan minta Prabowo ceramah agama," kata Riza seperti dikutip cnnindonesia.com (11 Desember 2018).
Riza menilai pernyataan La Nyalla tidak substansial. Menurutnya, Prabowo sudah memenuhi 4 syarat sifat pemimpin menurut Nabi Muhammad SAW, yaitu Shiddiq, Amanah, Tablig, dan Fathonah.
Sufmi Dasco Ahmad. (garudayaksa.com)
Politisi Gerindra yang juga Direktur Advokasi dan Hukum BPN Prabowo-Sandi, Sufmi Dasco Ahmad, meminta La Nyalla belajar Islam sebelum menuding Prabowo tak berani memimpin salat dan membaca Alquran.
Dasco menyebut kadar keislaman seseorang tak bisa diukur dengan berani memimpin salat atau tidak. Dalam setiap kesempatan ketika hendak salat, Prabowo menghargai para kiai dan alim ulama untuk menjadi imam.
Sementara itu, Sekretaris BPN Prabowo-Sandi, Hanafi Rais menyebut Prabowo bukan dalam posisi tak berani memimpin salat. Menurutnya, Prabowo memahami adab dan syariat Islam dengan baik.
Hanafi Rais. (tribunnews.com)
"Ngimamin salat dan baca quran kok untuk dipertontonkan, jatuhnya riya dan habislah semua amal saleh sebelumnya," tegas putra Amien Rais itu.
Tantangan La Nyalla bisa jadi cukup relevan dan ada benarnya. Apalagi, Prabowo dukung GNPF-Ulama dan Persaudaraan Alumni (PA) 212. Tentu akan bisa menjadi "beban moral" ulama pengusungnya apabila capres yang diusungnya tidak bisa jadi imam dan sanggup membaca Al-Fatihah dan berbagai bacaan salat yang lain.
Padahal, amalan semacam itu termasuk hal yang sangat mendasar bagi seorang muslim. Sungguh ironis apabila capres yang didukung total oleh Imam Besar FPI Habib Rizieq Syihab untuk menumbangkan capres yang katanya didukung oleh partai penista agama justru keislamannya diduga masih diragukan.
Dalam situasi demikian, kubu Prabowo-Sandi seharusnya tak perlu baper. Umat Islam yang mendukung Prabowo tentu juga tak ingin dikecewakan oleh calon pemimpin yang dianggap tidak mampu menjadi imam salat dan tidak sanggup melafalkan bacaan salat dengan baik. Tidak ada salahnya kalau tantangan La Nyalla benar-benar dilayani dan dibuktikan. Itu saja! ***
Baca Sumber